Menyusuri Festival Street Food Terbesar di Indonesia: Komparasi Tiga Acara Kuliner Raksasa
Wisataprime.com - Dalam beberapa tahun terakhir, tren wisata kuliner di Indonesia mengalami lonjakan besar. Salah satu bentuk nyata dari antusiasme masyarakat dan wisatawan terhadap makanan lokal adalah lewat berbagai festival street food yang diadakan di berbagai daerah. Beberapa di antaranya bahkan digelar dengan skala besar, menampung puluhan hingga ratusan tenant, dan menyedot puluhan ribu pengunjung. Pertanyaannya: mana yang paling layak disebut sebagai festival street food terbesar di Indonesia?
Melalui artikel ini, kita akan menyusuri dan membandingkan tiga festival kuliner paling ramai di Indonesia dalam satu tahun terakhir: MyLombok Street Food Festival di Mandalika, Ubud Food Festival di Bali, dan Batu Street Food Festival di Jawa Timur. Ketiganya punya daya tarik unik, segmentasi pasar yang kuat, serta pengalaman berbeda yang ditawarkan kepada para pengunjungnya.
MyLombok Street Food Festival: Menyatukan Cita Rasa dan Keberlanjutan
Diselenggarakan pada 25–28 Desember 2024 di Bazaar Mandalika, MyLombok Street Food Festival hadir menjelang libur Natal dan Tahun Baru. Didukung oleh PT ITDC bersama MyLombok Magazine, festival ini menghadirkan lebih dari 80 tenant yang menyajikan hidangan khas Lombok seperti Ayam Taliwang, Nasi Balap Puyung, Gecak Sape, dan Sate Rembiga. Beberapa vendor populer yang ikut serta di antaranya Ayam Taliwang H Moerad, Nasi Puyung Inaq Esun, Warung Sasak Sambel Colet, hingga Cantina Mexicana dan Pullman Lombok.
Namun keunikan utama MyLombok Street Food Festival bukan sekadar menu yang disajikan, melainkan konsep eco-friendly yang diusung secara serius. Festival ini bebas plastik. Semua tenant diwajibkan memakai bahan ramah lingkungan seperti kantong kertas, piring dari bahan biodegradable, hingga alat makan dari kayu. Seluruh transaksi pun dilakukan secara nontunai lewat mesin EDC. Konsep ini menunjukkan bahwa acara kuliner bukan hanya tentang makan dan minum, tapi juga mencerminkan kepedulian terhadap lingkungan.
Festival ini juga dikemas sebagai ruang hiburan dan budaya. Pengunjung bisa menikmati live music, instalasi seni, photo booth tematik, hingga area bermain anak. Ini menjadikan MyLombok Street Food Festival sebagai ajang kuliner sekaligus destinasi wisata keluarga.
Ubud Food Festival: Perpaduan Kuliner Lokal dan Global
Beralih ke Bali, Ubud Food Festival 2024 berlangsung pada bulan Mei dan telah menjadi sorotan dunia sejak pertama kali digelar pada 2015. Festival ini dikelola oleh Yayasan Mudra Swari Saraswati dan dikenal sebagai panggung kolaborasi antara chef lokal dan internasional. Edisi 2024 menghadirkan lebih dari 100 tenant makanan dari dalam dan luar negeri, termasuk stan yang menghidangkan masakan Korea, Jepang, Thailand, dan pastinya, makanan khas Nusantara.
Keunggulan Ubud Food Festival bukan hanya jumlah tenant dan pengunjungnya yang bisa mencapai 25.000 orang, tetapi juga kualitas kurasi dan konten edukatifnya. Di dalam festival, pengunjung bisa menyaksikan demo masak dari chef kenamaan, mengikuti kelas memasak tradisional, hingga mengikuti talkshow tentang masa depan pangan berkelanjutan.
Konsep festival ini juga sangat inklusif, mencakup komunitas, pegiat kuliner, pelaku UMKM, petani organik, dan anak muda kreatif. Sehingga, nilai tambah dari festival ini tidak hanya pada sensasi makanannya, tapi juga pada peluang belajar dan membangun jaringan.
Batu Street Food Festival: Festival Rakyat yang Mengguncang Kota Wisata
Jika berbicara soal angka, Batu Street Food Festival di Jawa Timur adalah yang paling mencolok. Digelar pada November 2023, acara ini diikuti lebih dari 150 tenant kuliner dari berbagai wilayah di Jawa Timur, dengan jumlah pengunjung lebih dari 30.000 orang selama tiga hari pelaksanaan. Bahkan festival ini sempat memecahkan rekor MURI sebagai “Pesta Street Food dengan Menu Terbanyak di Jawa Timur.”
Festival ini memiliki pendekatan yang lebih rakyat, dekat dengan masyarakat setempat. Tak hanya kuliner modern atau kekinian, tapi juga makanan khas kampung seperti cenil, getuk, hingga sego tempong hadir meramaikan. Banyak dari tenant yang terlibat adalah UMKM lokal yang selama ini berjualan di pasar tradisional atau kaki lima. Artinya, Batu Street Food Festival menjadi ajang promosi besar-besaran bagi pelaku usaha kecil untuk naik kelas.
Yang membuat festival ini terasa istimewa adalah suasananya yang meriah dan penuh interaksi. Ada berbagai lomba masak tradisional, pertunjukan kesenian daerah, hingga wahana permainan anak. Festival ini benar-benar menjadi milik semua kalangan—keluarga, remaja, turis domestik maupun internasional.
Komparasi Skala Festival Street Food di Indonesia
Untuk memperkuat narasi tentang mana yang benar-benar pantas disebut festival street food terbesar di Indonesia, berikut tabel perbandingan berdasarkan data terbuka dari panitia penyelenggara:
Nama Festival | Lokasi & Waktu | Jumlah Tenant | Jumlah Pengunjung | Keunikan Festival |
---|---|---|---|---|
MyLombok Street Food Festival | Mandalika, Desember 2024 | 80+ tenant | 15.000+ orang | Festival kuliner ramah lingkungan tanpa plastik |
Ubud Food Festival | Ubud, Mei 2024 | 100+ tenant | 25.000+ pengunjung | Kolaborasi chef lokal dan internasional, edukatif |
Batu Street Food Festival | Batu, November 2023 | 150 tenant | 30.000+ pengunjung | Rekor MURI, UMKM dominan, bernuansa rakyat |
Melalui data ini, kita bisa melihat bahwa Batu Street Food Festival unggul dari sisi kuantitas dan capaian publik. Namun, ketiganya memiliki peran strategis dalam membentuk ekosistem kuliner Indonesia: dari Lombok yang berfokus pada keberlanjutan, Ubud yang menekankan kualitas dan globalisasi, hingga Batu yang mengangkat kekuatan lokal.
Penutup: Festival Kuliner sebagai Cermin Identitas
Ketiga festival ini menampilkan identitas daerahnya masing-masing, memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang kaya akan kuliner jalanan. Bukan hanya soal rasa, tetapi tentang cerita, komunitas, dan kreativitas. Maka, saat mencari festival street food terbesar di Indonesia, kita sedang menyusuri denyut nadi lokal dari Sabang hingga Merauke melalui satu gigitan yang penuh makna.