Rasanya Ende: Menyusuri Street Food Favorit Warga Lokal di Flores

 

Wisataprime.com  - Flores dikenal dengan kekayaan alam dan budayanya, tapi satu hal yang sering kali terlupakan oleh wisatawan adalah kelezatan kuliner jalanannya. Khususnya di Ende, kota kecil di pesisir selatan Flores, pengalaman mencicipi makanan lokal bisa menjadi perjalanan rasa yang tak terlupakan. Di balik kesederhanaannya, street food Ende memancarkan kekayaan rasa, sejarah, dan kehangatan budaya masyarakatnya. Dari camilan sore di pantai hingga makanan tradisional khas kampung, inilah tempat-tempat yang menjadi favorit warga lokal—dan patut Anda cicipi jika berkunjung.

1. Pisang Goreng Madu Pantai Ria

Pantai Ria bukan sekadar tempat menikmati matahari terbenam, tetapi juga surga jajanan sore bagi warga Ende. Di sepanjang garis pantainya, deretan pedagang kaki lima menawarkan berbagai camilan hangat. Salah satu yang paling dicari adalah pisang goreng madu.

Dibuat dari pisang lokal yang digoreng dengan lapisan tepung ringan, kemudian disiram madu hutan asli dari pegunungan Wolowaru, jajanan ini menghadirkan rasa manis legit yang tak mudah dilupakan. Pisang disajikan hangat-hangat, sering kali masih mengepul saat Anda menerimanya.

“Kalau sudah menjelang magrib, antrean makin panjang,” kata Ibu Marta, pedagang yang sudah 15 tahun menjajakan pisang goreng madu. “Biasanya habis sebelum jam 7 malam.”

Harga seporsi pisang goreng madu hanya Rp8.000, dan banyak warga menikmatinya sambil duduk lesehan menghadap laut, ditemani kopi Flores yang bisa dibeli di warung sekitarnya.

2. Nasi Bambu Lero Dowa, Warisan Kuliner yang Tetap Hidup

Terletak tak jauh dari Pasar Mbongawani, sebuah warung kecil di Jalan Kelimutu menyajikan makanan tradisional khas Ende bernama nasi bambu Lero Dowa. Nama "Lero Dowa" sendiri berasal dari bahasa lokal Ende yang berarti "nasi bakar dalam bambu".

Nasi ini dimasak bersama santan, daun kemangi, ikan teri, dan cabai, dibungkus daun pisang lalu dimasukkan ke dalam bambu muda dan dibakar di atas bara selama hampir satu jam. Prosesnya yang cukup panjang menghasilkan aroma harum khas dan rasa gurih yang melekat dalam setiap suapan.

“Resep ini dari nenek saya,” ujar Bapak Elan, pemilik warung. “Dulu makanan ini hanya dibuat saat acara adat atau syukuran, tapi sekarang saya coba kenalkan kembali.”

Satu porsi nasi bambu dihargai sekitar Rp15.000 dan bisa dimakan langsung di tempat atau dibawa pulang. Warung ini buka setiap hari dari pukul 11.00 sampai 21.00 WITA.

3. Ubi Bakar Taman Renungan Bung Karno

Saat malam turun, kawasan Taman Renungan Bung Karno berubah menjadi area santai warga lokal. Selain menjadi tempat bersejarah, taman ini juga dikenal sebagai spot ngemil malam hari. Di antara banyak pilihan, ubi bakar adalah favorit sepanjang masa.

Ubi yang digunakan berasal dari desa-desa dataran tinggi seperti Detusoko dan Woloare. Ubinya lebih padat dan manis dibandingkan ubi biasa, dibakar perlahan di atas tungku arang hingga kulitnya kehitaman dan isi dalamnya lembut.

“Ubi ini manis alami, nggak pakai gula sama sekali,” ujar Bapak Roy, penjual yang setiap malam mangkal di taman sejak pukul 18.00. Ia juga menyediakan sambal khas Ende bagi yang suka sensasi pedas manis.

Harga per porsi hanya Rp5.000–Rp7.000, dan sangat cocok dinikmati sambil mendengarkan debur ombak dari kejauhan dan obrolan santai dengan warga setempat.

4. Jagung Bose & Jagung Titi di Pasar Senggol Ende

Jika Anda ingin mencicipi makanan khas Nusa Tenggara Timur, jangan lewatkan dua jenis camilan berbasis jagung: jagung bose dan jagung titi. Kedua camilan ini bisa ditemukan di Pasar Senggol Ende yang ramai setiap sore hingga malam.

Jagung bose adalah bubur jagung campur kacang merah yang dimasak dengan santan dan sedikit garam. Teksturnya kental dan cocok dinikmati hangat. Sementara jagung titi adalah jagung pipil yang ditumbuk hingga pipih, lalu disangrai hingga garing, menghasilkan rasa seperti popcorn tapi dengan karakter khas NTT.

Kedua makanan ini biasa dijual oleh ibu-ibu dari desa sekitar yang menumpang berjualan ke kota. Selain lezat, makanan ini mencerminkan keterikatan masyarakat Flores terhadap hasil bumi lokal.

5. Mie Kuah Asli Ende di Warung Mama Sinta

Mie kuah buatan Mama Sinta yang berlokasi di dekat Taman Kota Ende ini sudah menjadi legenda tersendiri. Tidak menggunakan mie instan, mie-nya dibuat sendiri dari adonan tepung dan telur, kemudian direbus dan disajikan dalam kuah kaldu ayam kampung yang kaya rempah.

Uniknya, mie ini disajikan dengan irisan telur rebus, daun kemangi, dan sambal roa yang diberi sedikit perasan jeruk nipis lokal. Rasa kuahnya gurih segar dengan sedikit rasa pedas yang pas di lidah.

“Saya bikin sendiri semua bahan, bahkan bumbu saya racik sendiri dari rempah-rempah kering lokal,” ujar Mama Sinta yang telah berjualan sejak 1998. Harga per mangkuk mulai dari Rp12.000 dan warung ini selalu penuh di jam makan siang.

6. Kopi Flores dan Pisang Rebus di Warung Pantai Kota Raja

Pantai Kota Raja bukan hanya tempat wisata, tapi juga lokasi favorit warga lokal untuk ngopi sore. Di sini, ada warung kecil bernama “Warung Pantai Kota Raja” yang menyajikan kopi Flores asli diseduh secara manual. Disajikan dengan pisang rebus atau kue cucur, tempat ini menghadirkan suasana otentik khas Ende yang menenangkan.

Warung ini tidak memiliki kursi atau meja mewah—hanya tikar sederhana yang digelar menghadap laut. Tapi justru dari kesederhanaan itu, banyak pengunjung merasa lebih terhubung dengan alam dan sesama.

7. Tahu Isi Pedas dan Sate Hati di Sekitar Terminal Roworeke

Area sekitar Terminal Roworeke juga terkenal sebagai pusat kuliner malam. Dua jenis makanan yang wajib dicoba di sini adalah tahu isi pedas dan sate hati ayam. Tahu isi di sini punya cita rasa unik karena diisi dengan campuran sayuran dan sambal lokal, lalu digoreng garing.

Sementara sate hati ayam biasanya disajikan tanpa saus kacang, tapi cukup ditaburi garam dan cabai bubuk lokal. Rasanya pedas gurih, cocok dijadikan camilan sambil menunggu angkutan atau sekadar nongkrong malam bersama teman.


Jika Anda sedang merencanakan perjalanan ke Nusa Tenggara Timur dan ingin mencicipi kuliner yang benar-benar dirindukan oleh warga lokal, jangan ragu untuk menyusuri jejak rasa dari tempat-tempat di atas. Karena inilah Tempat street food favorit warga lokal di Ende, Flores yang sesungguhnya—bukan hanya memanjakan lidah, tapi juga memperkaya jiwa dengan kehangatan budaya setempat.

Next Post