Pengalaman Autentik Menikmati Street Food Terenak di Kupang Saat Malam Hari

 

Wisataprime.com  - Kupang bukan hanya gerbang utama menuju Nusa Tenggara Timur, tapi juga surga tersembunyi untuk para pencinta kuliner malam. Kota ini menyimpan sederet street food khas yang menggoda lidah, dan pengalaman menyantapnya di malam hari memberi kesan yang sulit dilupakan. Bagi kamu yang ingin menjelajahi sisi lain Kupang, berikut adalah deretan street food terenak di Kupang yang wajib dicoba malam hari di wisataprime.com.

Jagung Bose: Tradisi yang Mengenyangkan

Salah satu makanan khas NTT yang tak boleh dilewatkan adalah jagung bose. Makanan ini berbahan dasar jagung putih yang ditumbuk kasar lalu dimasak bersama santan dan kacang-kacangan. Rasanya gurih, lembut, dan mengenyangkan—cocok untuk disantap saat malam hari. Di Kupang, kamu bisa menemukan jagung bose di warung-warung kaki lima di sekitar kawasan Jalan El Tari.

Saya sempat mencicipinya di sebuah warung kecil dekat Taman Nostalgia. Malam itu suasana syahdu, lampu-lampu jalanan temaram, dan semangkuk jagung bose panas di tangan terasa seperti pelukan hangat. Ibu penjualnya bercerita bahwa ia mewarisi resep dari neneknya. Menikmati jagung bose sambil mendengar kisahnya memberi saya lebih dari sekadar rasa—ada koneksi budaya yang mendalam di tiap sendokan.

Sate Ikan Tuna Sambal Lu’at

Sate bukan hal asing bagi pecinta kuliner Indonesia, tapi di Kupang, kamu akan menemukan versi yang unik: sate ikan tuna dengan sambal lu’at. Sambal lu’at sendiri terbuat dari cabai rawit, daun kemangi lokal, jeruk nipis, dan sedikit air tuak yang difermentasi—menciptakan rasa asam segar dan pedas yang khas.

Saya menjajalnya di Kampung Solor, kawasan street food populer yang mulai ramai sejak pukul 18.00. Warung milik Pak Doni adalah favorit warga lokal. Ia dengan cekatan membakar sate di atas bara arang kelapa. Aroma bakarannya begitu harum, dan saat saya mencicipi, tekstur ikannya lembut, gurih, dan berpadu sempurna dengan sambal yang pedas menggigit.

Se'i Babi: Ikon Rasa dari Kupang

Tak sah bicara street food Kupang tanpa menyebut se’i babi, daging asap khas Timor. Dagingnya diasap selama berjam-jam dengan kayu kosambi, menghasilkan aroma smoky yang khas dan rasa gurih alami. Tempat paling direkomendasikan untuk mencicipi se’i babi adalah di Depot Se’i Aroma atau Bambu Kuning yang sudah jadi legenda kuliner di Kupang.

Saat saya masuk ke Bambu Kuning, suasana hangat langsung terasa. Pelayan menyarankan saya mencoba se’i babi dengan sambal matah lokal dan tumis daun pepaya. Kombinasi rasa smoky, pedas, dan pahit-manis dari sayuran lokal menciptakan harmoni yang sulit ditemukan di tempat lain. Tak heran jika tempat ini selalu ramai bahkan di malam hari.

Lalapan Malam Hari di Kampung Solor

Kampung Solor memang menjadi ikon street food malam hari di Kupang. Di sana kamu bisa menemukan beragam jenis lalapan: ayam, ikan, bebek, hingga tahu tempe goreng. Disajikan dengan sambal khas Kupang yang pedasnya bikin nagih dan nasi hangat, makan di sini terasa seperti "pesta rasa" yang sederhana tapi sangat memuaskan.

Saya memilih warung yang direkomendasikan oleh seorang sopir ojek online, katanya sambalnya "tidak main-main". Benar saja, sambalnya pedas segar, dengan aroma bawang putih dan tomat lokal yang kuat. Lalapan bebek gorengnya garing di luar dan juicy di dalam—benar-benar malam yang lezat.

Pisang Goreng Dadar dan Kopi Sore

Setelah menyantap makanan utama, tak ada salahnya menutup malam dengan sajian ringan. Di kawasan Fatululi, ada sebuah kafe kaki lima yang menjual pisang goreng dadar—pisang dibalut adonan tipis, digoreng renyah, lalu ditaburi gula kayu manis. Disandingkan dengan kopi robusta lokal, rasanya manis dan hangat, cocok untuk malam yang tenang.

Pemilik warung, seorang ibu muda, menjelaskan bahwa pisang yang digunakan adalah pisang raja lokal yang lebih manis dan legit. Rasanya memang berbeda dari pisang goreng biasa—lebih lembut, kaya rasa, dan punya aroma yang khas. Tempat ini sering jadi tempat nongkrong warga lokal setelah makan malam.

La Moringa: Sentuhan Modern pada Kuliner Lokal

Jika kamu mencari versi street food yang dikemas lebih modern dan estetik, La Moringa bisa jadi pilihan. Restoran ini terletak di pusat kota dan menyajikan makanan khas NTT dengan sentuhan modern. Meski bukan kaki lima, La Moringa tetap mempertahankan cita rasa otentik dan cocok untuk yang ingin menikmati street food dengan suasana lebih tenang dan nyaman.

Saya memesan paket "Ikan Kuah Asam Kupang" lengkap dengan sambal lu’at dan sayur rumpu rampe. Presentasinya cantik, tapi rasanya tetap jujur dan mengingatkan pada masakan rumahan. Tempat ini juga cocok untuk wisatawan yang baru pertama kali mencoba makanan Kupang karena stafnya sangat informatif dan ramah.

Narasi Malam: Street Food dan Kehangatan Kupang

Salah satu momen paling berkesan dalam perjalanan saya ke Kupang terjadi di malam minggu, saat saya duduk di bangku plastik kecil di pinggir jalan Kampung Solor, menikmati semangkuk sup ikan kuah asam dan ditemani oleh live music dari warung sebelah.

Di samping saya duduk seorang bapak tua yang dengan antusias menjelaskan sejarah sambal lu’at. Menurutnya, sambal ini dulu digunakan untuk mengawetkan makanan karena fermentasinya. Dari cerita-cerita semacam ini saya belajar, bahwa street food bukan hanya soal makanan, tapi juga tentang orang-orang di balik rasa itu—tentang cerita, sejarah, dan cinta yang dimasukkan ke dalam setiap masakan.

Next Post Previous Post